Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

WALI NANGGROE TENTANG SEBUAH INGATAN

Kruu…Seumangat!!! Akhirnya, Tgk Hasan Muhammad di Tiro , atau yang populer dengan Hasan Tiro , pulang ke Aceh. Meskipun, kepulangannya tidak terkait lagi dengan perjuangan akan cita-citanya, namun peutuah Wali Nanggroe tetap ditunggu oleh rakyat Aceh. Dari beberapa tempat, ribuan orang mulai berdatangan dan sebagiannya sudah membanjiri kota Banda Aceh , untuk menyambut figur yang paling berpengaruh dalam sejarah Aceh, dan layak disandingkan seperti Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dhien, Cut Meuti, Malahayati Syiah Kuala, Hamzah Fansuri atau Muhammad Daud Beureueh. Kepulangan Wali Nanggroe ke Aceh, setelah 30 lebih bermukim di luar negeri, membenarkan sebuah pepatah yang sering dikutip orang, setinggi-tinggi punai terbang, pasti kembali ke sarangnya jua. Kerinduan yang mendalam terhadap tanah yang dicintainya tersebut, mengakhiri misteri sosok cucu Tgk Chik Ditiro ini. Aceh merupakan tanah kelahirannya, yang selama beberapa tahun diperjuangkannya agar kembali menjadi ...

IN MEMORIAM HASAN TIRO

Innalilillahiwainnailaihirajiun. Semua milik Allah, dan hanya kepada N ya semua makhluk akan kembali!  Cuaca di Banda Aceh tak sepanas biasanya. Kamis (3/6), langit Aceh begitu teduh, damai, mendung meski tak turun hujan. Kondisi ini mengingatkan kita kejadian pada 22 Januari 2001 silam, saat Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia, di mana alam Aceh begitu damai, seperti tak terjadi apa-apa. Kini, kondisi yang sama juga terulang. Alam seperti memberi tanda bahwa Aceh kembali kehilangan seorang tokoh berpengaruh. Dan tepat pukul 12.15 WIB, Teungku Hasan Tiro , pria yang dikenal Wali Nanggroe menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) setelah sekian lama berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Pelayat berdoa untuk (Alm) Tgk Hasan Tiro/Suparta Kematian memang tak bisa ditolak siapa pun. Tidak juga oleh sosok pria kelahiran Tanjung Bungong 83 tahun silam ini. Hasan Tiro sudah memenuhi janji TuhanNya, bahwa kematian adalah s...

KARIM TIRO, SOSOK YANG MISTERIUS

Bagi masyarakat Aceh, sosok Karim Michel Tiro (selanjutnya disebut Karim saja) kalah populer dibanding ayahnya, Teungku Hasan Muhammad di Tiro (selanjutnya disebut Tiro). Selama puluhan tahun, namanya hanya disebutkan secara terbatas, itu pun hanya di kalangan GAM saja. Pun begitu, Tiro, ayahnya, sering menyebut namanya, baik dalam pidato maupun dalam tulisan. Dalam The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Teungku Hasan di Tiro , nama anak semata wayangnya disebut berkali-kali, bahkan dengan bangga. Iya, kini sepeninggalan Tiro, nama Karim mencuat ke permukaan: Setidaknya, ada dua sebab: karena orang-orang pada penasaran; juga karena mereka kecewa. Penasaran karena, selama puluhan tahun masyarakat tak pernah melihat sosoknya secara langsung dan nyata. Foto dirinya juga terbatas, termasuk arsip di internet. Kisah tentangnya begitu tertutup dan misterius, kecuali beberapa dokumen dari Universitas tempatnya mengabdikan diri sebagai asisten profesor ilmu sejarah ...

Sejarah Lahirnya Gerakan Aceh Merdeka

Bicara GAM (Gerakan Aceh Merdeka), mau tak mau, harus bicara kelahiran negara Republik Indonesia. Sebab, dari situlah kisah gerakan menuntut kemerdekaan dimulai. Lima hari setelah RI  diproklamasikan, Aceh menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap kekuasaan pemerintahan yang berpusat di Jakarta. Dibawah Residen Aceh, yang juga tokoh terkemuka, Teuku Nyak Arief, Aceh menyatakan janji kesetiaan, mendukung kemerdekaan RI dan Aceh sebagai bagian tak terpisahkan. Pada 23 Agustus 1945, sedikitnya 56 tokoh Aceh berkumpul dan mengucapkan sumpah. ”Demi Allah, saya akan setia untuk membela kemerdekaan Republik Indonesia sampai titik darah saya yang terakhir.” Kecuali Mohammad Daud Beureueh, seluruh tokoh dan ulama Aceh mengucapkan janji itu. Pukul 10.00, Husein Naim dan M Amin Bugeh mengibarkan bendera di gedung Shu Chokan (kini, kantor gubernur). Teuku Nyak Arief Gubernur di bumi Serambi Mekkah. Tetapi, tak semua tokoh Aceh mengucapkan janji setia. Mereka para hulubalang, praj...